Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelaku Usaha Biro Perjalanan Wisata Bali Hadapi Tantangan Efisiensi Anggaran yang Diterapkan Pemerintah Pusat

Pelaku Usaha Biro Perjalanan Wisata Bali Hadapi Tantangan Efisiensi Anggaran yang Diterapkan Pemerintah Pusat


Buletindewata.id, Denpasar - Pelaku usaha biro perjalanan wisata (BPW) di Bali menghadapi kekhawatiran besar terkait kebijakan efisiensi anggaran yang dilterapkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan ini diprediksi akan berdampak pada penurunan kegiatan Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) dari pemerintahan yang digelar di Bali. Hal ini juga dikhawatirkan dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja di sektor MICE.

Ketut Ardana, Penasehat Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Bali, menjelaskan bahwa di Bali terdapat ratusan BPW yang tergabung di ASITA Bali dan menangani pangsa pasar domestik. Pemangkasan anggaran oleh pemerintah pusat diperkirakan akan merugikan BPW yang mengandalkan kegiatan MICE dari pasar domestik. Untuk mengatasi hal tersebut dan memastikan bisnis BPW tetap berjalan, peralihan pasar ke potensi MICE dari luar negeri yang diselenggarakan di Bali menjadi solusi yang diupayakan.

Menurut Ketut Ardana, banyak anggota ASITA Bali yang fokus pada pasar domestik. Dari total 362 anggota ASITA Bali, sekitar 20 persen terkonsentrasi pada pasar domestik termasuk kegiatan MICE yang diselenggarakan oleh pemerintah. "Cukup banyak 20 % anggota yang konsentrasi marketnya domestik. MICE dari pemerintahan hampir sama dengan swasta, cukup besar. Dikhawatirkan akan terjadi gelombang PHK, saya takut juga kalau terjadi itu. Semoga ini tidak terjadi," ungkap Ardana, ditemui di Denpasar.


Pelaku Usaha Biro Perjalanan Wisata Bali Hadapi Tantangan Efisiensi Anggaran yang Diterapkan Pemerintah Pusat


Untuk menggantikan pasar domestik yang terdampak oleh efisiensi anggaran pemerintah pusat, pelaku usaha biro perjalanan wisata mulai berupaya merambah pangsa pasar di luar domestik, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Perusahaan-perusahaan dari negara-negara terdekat dengan Indonesia ini akan menjadi target bagi BPW di Bali untuk menyelenggarakan kegiatan MICE di Bali.

"Khususnya untuk domestik pasti ada dampaknya.Jadi sekarang mereka yang kehilangan pasar domestik, karena adanya efisiensi dan pemotongan anggaran itu, maka saya yakin teman teman akan lari ke negara - negara terdekat dulu. Ya mungkin karena mereka belum mampu berpromosi ke Eropa,Amerika belum mampu, tetapi disekitar ASEAN pasti mampu," imbuh Ketut Ardana.

Asita mencatat rata - rata lama tinggal untuk peserta kegiatan MICE di Bali berkisar 4 sampai 5 malam. Dengan jumlah peserta kegiatan MICE ini bervariasi, dari yang terkecil sekitar 30 sampai 40 orang, hingga ratusan peserta.

Dalam menghadapi tantangan ini, pelaku usaha biro perjalanan wisata di Bali juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperluas jaringan kerjasama internasional. Diharapkan, dengan upaya ini, sektor MICE di Bali tetap dapat berkembang meskipun ada penurunan dari pasar domestik.

Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan dapat memberikan dukungan yang lebih besar kepada pelaku usaha biro perjalanan wisata di Bali. Dukungan ini bisa berupa promosi destinasi wisata Bali ke pasar internasional, serta penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kegiatan MICE. Dengan kerjasama antara pemerintah daerah dan pelaku usaha, diharapkan Bali tetap menjadi destinasi utama untuk kegiatan MICE, dari pasar internasional.

Dengan mempertimbangkan potensi pasar MICE internasional, pelaku usaha biro perjalanan wisata di Bali yakin bahwa kegiatan MICE di Bali akan tetap bertahan dan bahkan berkembang lebih baik lagi di masa depan. Bali memiliki keindahan alam, budaya yang kaya, serta fasilitas yang memadai untuk menjadi tuan rumah berbagai kegiatan MICE dari seluruh dunia. (blt)

Posting Komentar untuk "Pelaku Usaha Biro Perjalanan Wisata Bali Hadapi Tantangan Efisiensi Anggaran yang Diterapkan Pemerintah Pusat "