Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inovasi Daur Ulang Pakaian Bekas, Solusi Hijau untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Inovasi Daur Ulang Pakaian Bekas, Solusi Hijau untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia


Buletindewata.id, Badung - Industri pariwisata Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Salah satu isu yang kerap luput dari perhatian adalah limbah tekstil, terutama dari pakaian bekas dan seragam kerja yang sudah tidak terpakai. Namun, siapa sangka, dari tumpukan kain usang itu kini lahir sebuah inovasi hijau yang tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dan mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP), setiap tahunnya dunia menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil. Ironisnya, sebagian besar limbah ini justru dikirim ke negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang belum sepenuhnya siap mengelola volume limbah sebesar itu. Limbah tekstil yang tidak terurai dengan baik dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.

Limbah tekstil bukan hanya berasal dari industri fesyen, tetapi juga dari sektor korporasi, termasuk seragam kerja yang sudah tidak digunakan. Jika tidak dikelola dengan bijak, pakaian-pakaian ini akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), memperparah krisis lingkungan yang sudah ada.

Melihat urgensi tersebut, Injourney Tourism Develompent Coorporation (ITDC) yang merupakan perusahaan pengembangan kawasan pariwisata strategis di Indonesia mengambil langkah progresif. Mereka memulai program daur ulang seragam kerja karyawan yang sudah tidak terpakai, sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).

Program ini tidak hanya bertujuan mengurangi limbah, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana sektor pariwisata dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam. Dengan menggandeng pelaku UMKM lokal, proses daur ulang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Transformasi seragam bekas menjadi produk baru dilakukan melalui beberapa tahapan penting, antara lain pemisahan material tambahan seperti kancing, resleting, dan label, penyortiran bahan tekstil berdasarkan jenis dan kualitas kain, Pemintalan ulang kain menjadi serat benang baru hingga penenunan dan produksi ulang menjadi pakaian baru atau produk tekstil lainnya.

Proses ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah dari barang yang sebelumnya dianggap tidak berguna. Hasil akhirnya adalah produk baru yang siap digunakan kembali, baik oleh perusahaan maupun masyarakat umum.

Hingga saat ini, lebih dari 2.700 seragam bekas berhasil dikumpulkan dan didaur ulang dari empat wilayah operasional utama perusahaan, yaitu Jakarta, Nusa Dua (Bali), Mandalika (NTB), serta Golo Mori (NTT).

Keempat wilayah ini merupakan kawasan strategis dalam pengembangan pariwisata nasional. Dengan menjadikan daur ulang sebagai bagian dari pengelolaan kawasan, perusahaan menunjukkan bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari internal organisasi.

Salah satu aspek paling menarik dari program ini adalah keterlibatan UMKM lokal dalam proses daur ulang. Para pelaku usaha kecil dan menengah dilibatkan dalam setiap tahap produksi, mulai dari pemilahan bahan hingga pembuatan produk akhir. Ini membuka peluang kerja baru, meningkatkan keterampilan masyarakat, dan memperkuat ekonomi lokal.

Dengan pendekatan ini, program daur ulang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi. Ini adalah contoh nyata dari implementasi ekonomi sirkular yang inklusif dan berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak di tengah krisis iklim global. Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

Ahmad Fajar, Direktur Keuangan ITDC menegaskan bahwa inisiatif daur ulang ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan destinasi wisata yang ramah lingkungan. “Kami ingin membuktikan bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari hal sederhana, seperti mendaur ulang seragam kerja,” ujarnya.

Keberhasilan program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sektor lain, baik swasta maupun pemerintah, untuk ikut serta dalam gerakan pelestarian lingkungan. Daur ulang pakaian bekas bisa diterapkan di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga industri manufaktur.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan akan memiliki nilai tambah di mata publik. Ini bukan hanya soal citra, tetapi juga tentang tanggung jawab moral terhadap bumi yang kita tinggali bersama.(blt)

Posting Komentar untuk "Inovasi Daur Ulang Pakaian Bekas, Solusi Hijau untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia"