Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ITDC Tanam 320 Pohon Mangrove di Pudut, Tanjung Benoa, Langkah Nyata Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Bali

ITDC Tanam 320 Pohon Mangrove di Pudut, Tanjung Benoa: Langkah Nyata Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Bali

Buletindewata.id, Badung - Dalam rangkaian kegiatan menuju Road to The Nusa Dua Festival 2025, InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) melalui unit pengelola The Nusa Dua, bekerja sama dengan UPTD Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, melaksanakan aksi nyata pelestarian lingkungan dengan menanam 320 pohon mangrove jenis Rhizophora Mucronata. Kegiatan ini berlangsung di kawasan Pudut, Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali—sebuah wilayah pesisir yang memiliki nilai ekologis tinggi namun sempat mengalami degradasi serius.

Komitmen ITDC terhadap Konservasi Lingkungan di Bali

Penanaman mangrove ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari strategi jangka panjang ITDC dalam mendukung konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove di pesisir Bali. Sejak tahun 2021, ITDC telah menjalin kerja sama erat dengan UPTD Tahura Ngurah Rai untuk memulihkan kawasan Pudut yang dulunya merupakan habitat alami berbagai spesies pesisir, termasuk penyu yang menjadikan area tersebut sebagai tempat bertelur.

Kawasan Pudut sendiri mengalami penurunan luas yang drastis. Pada tahun 1970, area mangrove di sana mencapai sekitar 14 hektar. Namun, akibat abrasi pantai, pembangunan yang tidak terkendali, dan faktor lingkungan lainnya, luasnya menyusut hingga hanya sekitar 10 meter persegi. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena berdampak langsung pada hilangnya keanekaragaman hayati dan rusaknya fungsi ekologis kawasan tersebut.

Beruntung, berkat upaya rehabilitasi yang konsisten selama lebih dari 15 tahun terakhir, luas area mangrove di Pudut kini telah pulih menjadi sekitar 3 hektar. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang menunjukkan bahwa restorasi ekosistem bukanlah hal mustahil jika dilakukan dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat.

Teknologi Ramah Lingkungan: Metode Api-Api

Dalam kegiatan penanaman kali ini, ITDC dan UPTD Tahura Ngurah Rai menggunakan metode api-api, yaitu teknik penanaman mangrove dengan bantuan kotak bambu ramah lingkungan. Kotak ini berfungsi sebagai pelindung bibit dari gangguan hama serta membantu mempercepat proses sedimentasi alami. Menariknya, pola penanaman dibentuk menyerupai huruf “ITDC” sebagai simbol kontribusi nyata perusahaan terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Metode ini tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan estetika yang tinggi. Pengunjung yang datang ke kawasan Pudut nantinya akan melihat langsung bentuk penanaman yang unik ini, sekaligus memahami pentingnya menjaga ekosistem mangrove sebagai bagian dari destinasi wisata yang bertanggung jawab.

Pariwisata Berkualitas: Harmoni antara Alam dan Manusia

General Manager The Nusa Dua, I Made Agus Dwiatmika, menegaskan bahwa kegiatan penanaman mangrove ini merupakan wujud nyata dari komitmen ITDC dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Menurutnya, pariwisata yang baik bukan hanya soal infrastruktur megah atau jumlah kunjungan wisatawan yang tinggi, tetapi juga tentang bagaimana sebuah destinasi mampu menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

“Kami meyakini bahwa kemajuan pariwisata harus sejalan dengan pelestarian alam. Melalui sinergi dengan UPTD Tahura Ngurah Rai dan keterlibatan masyarakat, kami ingin mengembalikan fungsi ekologis kawasan pesisir dan menjadikan kegiatan ini sebagai langkah konkret menuju Road to The Nusa Dua Festival 2025 yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Agus Dwiatmika.

Ia juga menambahkan bahwa penanaman 320 bibit mangrove ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem pesisir Pudut, mengurangi risiko abrasi, serta menciptakan area wisata yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memiliki daya dukung ekologis jangka panjang. Dengan kata lain, ITDC ingin menjadikan Pudut sebagai contoh nyata bagaimana pariwisata dan konservasi bisa berjalan beriringan.

Pudut Jadi Habitat Penyu dan Keanekaragaman Hayati yang Harus Dilindungi

Kepala UPTD Tahura Ngurah Rai, I Putu Agus Juliartawan, S.Hut, turut memberikan apresiasi atas inisiatif ITDC yang secara konsisten berkolaborasi dalam upaya rehabilitasi mangrove di wilayah Tahura Ngurah Rai. Ia menekankan bahwa Pudut memiliki peranan vital sebagai penyangga ekosistem pesisir dan tempat tinggal berbagai keanekaragaman hayati, termasuk penyu, burung air, dan berbagai spesies ikan yang bergantung pada akar mangrove sebagai tempat berlindung dan berkembang biak.

“Kami menyambut baik langkah dari ITDC yang terus konsisten berkolaborasi dalam rehabilitasi mangrove di Tahura. Area Pudut memiliki peran penting sebagai penyangga ekosistem pesisir dan habitat untuk keanekaragaman hayati. Melalui kegiatan ini, kami berharap kerjasama antar pihak dapat mempercepat pemulihan ekosistem dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove,” ujar Juliartawan.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi Lokal

Selain manfaat ekologis, kegiatan ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan pulihnya ekosistem mangrove, potensi wisata edukasi dan ekowisata di kawasan Pudut semakin terbuka lebar. Wisatawan dapat belajar langsung tentang pentingnya mangrove, melihat proses rehabilitasi, dan menikmati keindahan alam yang autentik. Hal ini tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan kunjungan wisata dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan.

ITDC juga berencana untuk menjadikan kegiatan penanaman mangrove sebagai agenda tahunan yang melibatkan komunitas lokal, pelajar, dan wisatawan. Dengan begitu, kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dapat ditanamkan sejak dini dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Bali.(blt)

Posting Komentar untuk "ITDC Tanam 320 Pohon Mangrove di Pudut, Tanjung Benoa, Langkah Nyata Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Bali"