Krisis Terapis Spa di Bali, BSWA Fokus Tingkatkan Kesehatan Mental untuk Dukung Pariwisata Wellness
Buletindewata.id, Badung - Bali, sebagai destinasi wisata kelas dunia, dikenal dengan keindahan alamnya, budaya yang kaya, serta layanan spa dan wellness yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, di balik gemerlapnya industri pariwisata tersebut, terdapat tantangan serius yang tengah dihadapi: kekurangan terapis spa bersertifikat.
Kekurangan Terapis Spa di Tengah Lonjakan Permintaan
Bali Spa and Wellness Association (BSWA) mengungkapkan bahwa saat ini Bali mengalami kekurangan signifikan dalam jumlah terapis spa profesional. Dari sekitar 13.000 terapis spa bersertifikat di seluruh Indonesia, hanya sekitar 30 persen yang bekerja di Bali. Padahal, kebutuhan ideal untuk mendukung industri spa dan wellness di Pulau Dewata mencapai 14.000 terapis.
Wakil Ketua BSWA, Feny Sri Sulistiawati, menjelaskan bahwa banyak terapis spa lebih memilih bekerja di luar negeri karena tawaran gaji yang lebih tinggi dan fasilitas kerja yang lebih menjanjikan. Hal ini menyebabkan kekosongan tenaga kerja di sektor spa lokal, yang justru sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas layanan bagi wisatawan.
"Di Bali sekarang ini kekurangan terapis spa. Banyak yang memilih bekerja di luar negeri, padahal kebutuhan di sini sangat tinggi," ujar Feny saat menghadiri BSWA Annual Event 2025 yang digelar di Nusa Dua, Badung, Jumat (5/12).
Fokus pada Kesehatan Mental Terapis Spa
Dalam menghadapi tantangan ini, BSWA tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi juga kualitas. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah meningkatkan kesadaran dan kapasitas para terapis spa dalam menjaga kesehatan mental mereka.
"Annual Event tahun ini yang ke-17 lebih banyak mengundang pembicara nasional yang membahas kesehatan mental. Karena kita melihat, dalam satu tahun terakhir, kasus gangguan mental di Bali meningkat hingga 300 persen," jelas Feny.
Kesehatan mental menjadi aspek krusial dalam profesi terapis spa. Terapis yang sehat secara mental akan mampu memberikan pelayanan yang optimal, menciptakan suasana relaksasi, dan membangun koneksi emosional yang positif dengan klien. Sebaliknya, terapis yang mengalami tekanan psikologis berisiko menurunkan kualitas layanan dan bahkan berdampak negatif pada pengalaman wisatawan.
Pentingnya Kesadaran Diri dalam Profesi Spa
Feny menekankan bahwa banyak terapis spa belum sepenuhnya menyadari pentingnya mengenali kondisi mental diri sendiri. "Mereka sering kali lebih fokus pada kondisi orang lain, padahal emosi negatif seperti marah atau stres sering kali berasal dari dalam diri sendiri. Kita ingin para terapis bisa lebih sadar diri, agar tidak mudah menyalahkan orang lain dan bisa bekerja dengan lebih profesional," tambahnya.
Kesadaran diri ini menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan mental. Dalam dunia spa dan wellness, di mana interaksi dengan klien sangat intens, kemampuan untuk mengelola emosi dan menjaga keseimbangan batin menjadi kunci utama.
Strategi BSWA: Pelatihan, Sertifikasi, dan Edukasi
BSWA terus berupaya meningkatkan kapasitas para terapis melalui pelatihan rutin, seminar, dan program sertifikasi. Annual Event BSWA menjadi salah satu platform penting untuk berbagi ilmu, memperluas jaringan, dan memperkuat solidaritas antar pelaku industri spa.
"Kami ingin menciptakan ekosistem kerja yang sehat dan berkelanjutan. Tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi psikologis. Karena terapis yang bahagia akan menciptakan pengalaman spa yang luar biasa bagi wisatawan," ujar Feny.
Selain itu, BSWA juga mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk lebih serius dalam mendukung pengembangan SDM di sektor spa. Salah satunya dengan memberikan insentif bagi terapis yang memilih bekerja di dalam negeri, serta memperkuat regulasi terkait perlindungan tenaga kerja spa.
Wellness Tourism: Masa Depan Pariwisata Bali
Tren pariwisata global menunjukkan peningkatan minat terhadap wellness tourism atau wisata kebugaran. Bali, dengan kekayaan alam dan budaya penyembuhan tradisional seperti pijat Bali, yoga, dan meditasi, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat wellness dunia.
Namun, untuk mewujudkan visi tersebut, diperlukan dukungan SDM yang mumpuni, termasuk terapis spa yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki ketahanan mental dan emosional yang kuat.
"Kita ingin Bali menjadi destinasi wellness nomor satu di dunia. Tapi itu tidak akan tercapai jika kita tidak memperhatikan kesejahteraan para terapis kita sendiri," tegas Feny.
Ajakan untuk Kolaborasi dan Kepedulian
BSWA mengajak seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, pelaku industri, lembaga pendidikan, dan masyarakat—untuk bersama-sama membangun ekosistem spa dan wellness yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
"Kita butuh lebih banyak dukungan. Mulai dari pelatihan, fasilitas kesehatan mental, hingga kebijakan yang berpihak pada tenaga kerja lokal. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal kemanusiaan dan masa depan pariwisata kita," pungkas Feny.
Kekurangan terapis spa di Bali bukan sekadar persoalan angka, tetapi juga menyangkut kualitas layanan dan keberlanjutan industri pariwisata. Dengan meningkatnya permintaan akan layanan wellness, penting bagi Bali untuk memastikan bahwa para terapisnya tidak hanya tersedia secara kuantitas, tetapi juga sehat secara mental dan emosional.
Langkah BSWA dalam mengedepankan kesehatan mental sebagai prioritas adalah contoh nyata bagaimana industri dapat bergerak ke arah yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Karena pada akhirnya, kenyamanan dan kepuasan wisatawan sangat bergantung pada kualitas interaksi dengan para pelaku layanan, termasuk para terapis spa.
Dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen bersama, Bali dapat mengatasi tantangan ini dan memperkuat posisinya sebagai surga wellness dunia yang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga sehat secara holistik. (blt)



Posting Komentar untuk "Krisis Terapis Spa di Bali, BSWA Fokus Tingkatkan Kesehatan Mental untuk Dukung Pariwisata Wellness"