Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tsunami Sampah Mengintai Badung, Ancaman Nyata di Balik Penutupan TPA Suwung dan Musim Angin Barat

Tsunami Sampah Mengintai Badung, Ancaman Nyata di Balik Penutupan TPA Suwung dan Musim Angin Barat


Buletindewata.id, Badung - Musim angin barat atau West Monsoon kembali menyapa Bali, dan seperti tahun-tahun sebelumnya, Kabupaten Badung menjadi garis depan dari krisis sampah kiriman. Namun, tahun ini ancamannya berlipat ganda. Bukan hanya dari laut, tapi juga dari darat, menyusul keputusan Pemerintah Provinsi Bali untuk menutup total Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung mulai 23 Desember 2025.

Setiap Desember hingga Maret, pantai-pantai ikonik seperti Kuta, Legian, dan Seminyak berubah menjadi medan tempur melawan sampah kiriman. Angin barat membawa gelombang besar dan arus kuat dari Samudra Hindia, menyeret sampah organik seperti ranting dan batang pohon, serta limbah anorganik seperti plastik dan styrofoam ke garis pantai sepanjang 81 km di Badung.

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung, volume sampah kiriman sangat fluktuatif. Pada hari biasa, Pantai Kuta menerima sekitar 20 ton sampah per hari. Namun saat puncak musim monsun, angka ini bisa melonjak drastis hingga 200 ton, setara dengan 80 rit truk sampah per hari.

Penutupan TPA Suwung dilakukan untuk mematuhi UU No. 18 Tahun 2008 dan Kepmen LHK No. 921 Tahun 2025 yang melarang praktik open dumping. TPA ini telah overkapasitas dengan tumpukan sampah setinggi 35 meter, mencemari ekosistem mangrove dan menghasilkan air lindi beracun. Namun, tanpa solusi pengganti yang konkret, risiko penumpukan sampah di kawasan wisata menjadi bom waktu. Sistem pengangkutan sampah rumah tangga yang masih bergantung pada TPA Suwung terancam lumpuh.


Tsunami Sampah Mengintai Badung, Ancaman Nyata di Balik Penutupan TPA Suwung dan Musim Angin Barat


Ketua Fraksi Gerindra DPRD Badung, Puspa Negara, menegaskan bahwa sampah kiriman adalah ancaman musiman yang tak bisa dibendung. Jika tidak ditangani secara sistemik, tumpukan sampah akan mencoreng citra Bali sebagai destinasi wisata dunia, menurunkan minat wisatawan, dan menghantam ekonomi lokal, terutama pelaku UMKM dan sektor pariwisata.

Untuk mencegah krisis lingkungan dan sosial, maka langkah-langkah strategis yang harus segera diimplementasikan meliputi pembangunan TPA Khusus Sampah Pantai, optimalisasi TPST dan TPS3R, investasi Teknologi Ramah Lingkungan seperti biodigester, incinerator rendah emisi, dan sistem daur ulang modern sebagai game-changer dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. Selain itu diperlukan edukasi publik untuk memilah dan mengelola sampah dari sumbernya. Perubahan perilaku adalah fondasi dari sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan.


Tsunami Sampah Mengintai Badung, Ancaman Nyata di Balik Penutupan TPA Suwung dan Musim Angin Barat


“Badung harus segera memperkuat habit dan perilaku masyarakat dalam menyelesaikan sampah berbasis sumber. Hitung cermat volume sampah kiriman selama musim angin barat, dan maksimalkan peran TPST serta TPS3R yang ada,” tegas Puspa Negara.

Bali bukan sekadar destinasi wisata, namun merupakan wajah Indonesia di mata dunia. Menjaga kebersihan pantai bukan hanya soal estetika, tapi juga komitmen terhadap keberlanjutan, kesehatan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal. Jika langkah-langkah strategis ini dijalankan dengan serius, diyakini Badung bisa menjadi model nasional dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas dan teknologi.(blt)

Posting Komentar untuk "Tsunami Sampah Mengintai Badung, Ancaman Nyata di Balik Penutupan TPA Suwung dan Musim Angin Barat"